Tuesday, September 30, 2014

South Korea's Conscriptions Tragedy

Dear all, 

It's been a long time since I write my last post. Today, I want to share about what's happening in South Korea regarding their conscription policy since technically they're still at war with North Korea.

Mungkin seperti yang telah diketahui, wajib militer di Korea Selatan merupakan sebuah keharusan bagi pria Korea Selatan berumur 18 - 35 tahun. Hal ini dikarenakan secara teknis saat ini mereka masih dalam keadaan berperang dengan Korea Utara. Wajib militer merupakan sebuah kebijakan yang umum diambil oleh negara yang rawan konflik seperti Taiwan, Singapore. Wajib militer merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh pria di negara tersebut. Hal ini dikarenakan wajib militer sangat menyita waktu dan tenaga mereka serta merugikan dalam hal karir, namun tidak mendapatkan kompensasi yang setimpal. Namun, semuanya itu harus dijalani atas dasar kesetiaan dan kecintaan terhadap negara. Lalu bagaimana bila kesetiaan tersebut berakibat pada bencana hingga kematian ??? Masihkah orang2 ini perlu tetap setia dalam menjalani wajib militer ???

Ya, penyiksaan hingga berujung pada kematian bukan merupakan hal yang baru dalam wajib militer di Korea Selatan. Belakangan ini, terdengar berita menyedihkan bahwa kembali terjadi pemukulan, penyiksaan, dan kata-kata kasar dalam lingkungan wajib militer. Sejak bulan Januari, telah terjadi pelaporan sekitar 350 kasus penganiayaan kepada komisi nasional hak asasi manusia, bahkan diduga masih banyak kasus yang tidak dilaporkan. Yang lebih menyedihkan adalah dugaan adanya usaha menutup-nutupi secara sistematis yang dilakukan oleh militer agar peristiwa memalukan ini tidak diketahui oleh publik. Kasus kematian seorang wajib militer bernama Yoon ini diungkapkan oleh kelompok civil, kelompok pengawas perlindungan hak asasi manusia bagi para militer. Peristiwa ini menimbulkan kemarahan yang sangat besar bagi warga Korea Selatan hingga berbuah kepada pengunduran diri pemimpin tentara angkatan darat Korea Selatan. Tidak hanya itu, menteri pertahanan Korea meminta agar dibentuk komisi perlindungan hak asasi manusia bagi para militer, secara permanen, untuk mencegah terjadinya penganiayaan lebih lanjut. Pada bulan ini pula, jaksa penuntut militer mengubah tuntutan dari "manslaughter" yang dilakukan oleh 4 orang tentara yang diduga menewaskan Yoon, menjadi "murder". 

Selama ini banyak kematian yang terjadi dalam wajib militer, diatribusikan sebagai "kegagalan dalam penyesuaian diri dengan dunia wajib militer". Namun, para anggota keluarga menolak untuk mengambil jenazah karena ingin pihak independent mengonfirmasi penyebab sesungguhnya kematian orang yang mereka cintai. Kematian dan penyiksaan merupakan hal yang "ditolerir" sehingga para pelaku tidak pernah dihukum secara layak. Hal ini tentunya merupakan sebuah momok bagi Korea Selatan yang merupakan negara maju. Kim Du Kwan yang merupakan mantan menteri, saat ini berusaha untuk mengakhiri wajib militer di negara ginseng tersebut karena dianggap tidak bermanfaat.
Mungkinkah peristiwa tragis ini mampu mengubah dan mereformasi wajib militer di negara Korea Selatan ? Ataukah hal ini akan terus berlanjut dan kematian orang-orang tersebut akan selalu dianggap sebagai "kegagalan" ??? Semoga peristiwa menyedihkan ini tidak lagi terjadi karena setiap nyawa sangat berharga. God Bless You All

Regards,

No comments:

Post a Comment

Thank you for your comment